SAWAHLUNTO, RADARSUMBAR- Jumlah penduduk miskin Sawahlunto 2,17 persen di 2019 atau menurun dari tahun sebelumnya 2,39 persen.
Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sawahlunto, Hendro Seprita Deza mengemukakan itu ketika menyerahkan laporan Susenas kepada Walikota Sawahlunto, Deri Asta di Balaikota Lobang Panjang, Selasa (7/1).
Ia mengatakan, data ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS. Jumlah penduduk miskin Sawahlunto di 2018, sebanyak 1.480 jiwa. Kini menjadi 1.350 jiwa. “Artinya, ada 130 jiwa yang keluar dari kemiskinan,” ujar Hendro.
BPS, sebut Hendro, menggunakan pendekatan pengeluaran per kapita Rp 374.615 sebagai garis kemiskinan. Indikator ini meningkat dari 2018, di mana garis kemiskinan dipatok Rp354.665 per bulan per kapita.
Menurut dia, garis kemiskinan adalah cerminan dari pengeluaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan. Dengan begitu, jika harga – harga bahan pangan meningkat, garis kemiskinan juga terangkat naik.
Menanggapi turunnya jumlah penduduk miskin di Sawahlunto, Walikota Deri Asta sangat mengapresiasi. “Program pengentasan kemiskinan yang kita jalankan di Pemko Sawahlunto sudah pada tempatnya. Ini perlu terus ditingkatkan lebih baik lagi,” ucap Deri.
Dikemukakan walikota, di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pemko menargetkan angka kemiskinan 2,27 persen. Ternyata, hasil survei BPS melebihi dari target. Sekaligus kota yang angka kemiskinan sangat rendah di Sumatra Barat.
Ditambahkan Wako Deri, hasil dicapai saat ini tidak boleh membuat jajaran di pemko berpuas diri. Justru lebih memacu lagi untuk menuntaskan misi penanggulangan kemiskinan.
“Pogram pengentasan kemiskinan terus kita lanjutkan. Di 2020 kita menekankan kepada kepala desa mengalokasikan Anggaran Dana Desa (ADD) untuk penanggulangan kemiskinan. Setiap desa mengalokasikan kegiatan minimal untuk 10 kepala keluarga miskin bantuan, sesuai program pemberdayaan ekonomi,” ucap Deri Asta.(Djasrizal)